JARINGAN SARAF
TIRUAN
(ARTIFICIAL
NEURAL NETWORK)
Ø Jaringan
Saraf Tiruan
Jaringan saraf
tiruan (JST) atau neural network adalah suatu metode komputasi yang
meniru sistem jaringan saraf biologis. Metode ini menggunakan elemen
perhitungan non-linier dasar yang disebut neuron yang diorganisasikan sebagai
jaringan yang saling berhubungan, sehingga mirip dengan jaringan saraf manusia.
Jaringan saraf tiruan dibentuk untuk memecahkan suatu masalah tertentu seperti
pengenalan pola atau klasifikasi karena proses pembelajaran.
Layaknya neuron
biologi, JST juga merupakan sistem yang bersifat “fault tolerant”
dalam 2 hal. Pertama, dapat mengenali sinyal input yang agak berbeda dari
yang pernah diterima sebelumnya. Sebagai contoh, manusia sering dapat mengenali
seseorang yang wajahnya pernah dilihat dari foto atau dapat mengenali sesorang
yang wajahnya agak berbeda karena sudah lama tidak menjumpainya. Kedua, tetap
mampu bekerja meskipun beberapa neuronnya tidak mampu bekerja dengan baik. Jika
sebuah neuron rusak, neuron lain dapat dilatih untuk menggantikan fungsi neuron
yang rusak tersebut.
Jaringan saraf
tiruan, seperti manusia, belajar dari suatu contoh karena mempunyai
karakteristik yang adaptif, yaitu dapat belajar dari data-data sebelumnya dan
mengenal pola data yang selalu berubah. Selain itu, JST merupakan sistem yang
tak terprogram, artinya semua keluaran atau kesimpulan yang ditarik oleh
jaringan didasarkan pada pengalamannya selama mengikuti proses pembelajaran/p pelatihan.
Hal yang ingin dicapai dengan melatih
JST adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan memorisasi dan generalisasi.
Yang dimaksud kemampuan memorisasi adalah kemampuan JST untuk mengambil
kembali secara sempurna sebuah pola yang telah dipelajari. Kemampuan generalisasi
adalah kemampuan JST untuk menghasilkan respons yang bisa diterima terhadap
pola-pola input yang serupa (namun tidak identik) dengan pola-pola yang
sebelumnya telah dipelajari. Hal ini sangat bermanfaat bila pada suatu saat ke
dalam JST itu diinputkan informasi baru yang belum pernah dipelajari, maka JST
itu masih akan tetap dapat memberikan tanggapan yang baik, memberikan keluaran
yang paling mendekati. Jaringan saraf tiruan berkembang secara
pesat pada beberapa tahun terakhir. Jaringan saraf tiruan telah dikembangkan
sebelum adanya suatu komputer konvensional yang canggih dan terus berkembang
walaupun pernah mengalami masa vakum selama beberapa tahun.
JST menyerupai
otak manusia dalam dua hal, yaitu:
1. Pengetahuan
diperoleh jaringan melalui proses belajar.
2. Kekuatan hubungan
antar sel syaraf (neuron) yang dikenal sebagai bobot-bobot sinaptik digunakan
untuk menyimpan pengetahuan
Ø CONTOH
PENERAPAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK
Algoritma ANN lahir dari gagasan seorang psikolog
Warren McCulloch dan Walter Pitts pada 1943 yang menjelaskan cara kerja jaringan
syaraf dengan perangkat jaringan elektronik.
Didalam dunia seismik eksplorasi, algoritma ANN sudah cukup populer diaplikasikan, diantaranya untuk identifikasi noise, estimasi wavelet, analisa kecepatan, analisis gelombang geser, autotracking reflector, prediksi hidrokarbon, karakterisasi reservoir, dll.
Konfigurasi sederhana algoritma ANN dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini:
Didalam dunia seismik eksplorasi, algoritma ANN sudah cukup populer diaplikasikan, diantaranya untuk identifikasi noise, estimasi wavelet, analisa kecepatan, analisis gelombang geser, autotracking reflector, prediksi hidrokarbon, karakterisasi reservoir, dll.
Konfigurasi sederhana algoritma ANN dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini:
Courtesy Hampson Russell
Dari gambar di atas terlihat
bahwa, prinsip dasar ANN adalah sejumlah parameter sebagai masukan (input
layer) diproses sedemikian rupa didalam hidden layer (perkalian, penjumlahan,
pembagian, dll.), lalu diproses lagi didalam output layer untuk menghasilkan
sebuah output.
Courtesy Hampson Russell
Gambar diatas menunjukkan contoh
penerapan ANN untuk data seismik, katakanlah kita memiliki beberapa input
seperti impedance (x1), reflection strength (x2), instantaneous frequency (x3),…
dll . yang akan digunakan untuk memprediksi porositas reservoir sebagai output.
Maka secara sederhana porositas reservoir akan didapatkan dengan mengkalikan
setiap sampel data input dengan suatu pembobotan (weight) lalu dijumlahkan,
lalu hasil penjumlahan tersebut menjadi input untuk fungsi aktivasi untuk
menghasilkan parameter porositas.
Fungsi aktivasi tersebut dapat berupa sigmoid function ataupun hyperbolic tangent function (perhatikan keterangan dibawah ini).
Fungsi aktivasi tersebut dapat berupa sigmoid function ataupun hyperbolic tangent function (perhatikan keterangan dibawah ini).
Courtesy Hampson Russell
Tentu kita menginginkan agar
nilai porositas yang diprediksi semirip mungkin dengan nilai porositas yang
sesungguhnya, dengan kata lain kita harus memiliki nilai selisih (baca error)
antara nilai prediksi dengan nilai sesungguhnya yang sekecil mungkin, untuk
tujuan ini didalam algoritma ANN di atas, kita harus melakukan updating nilai
weight untuk masing-masing input.
Sumber
:
Yani,
Eli. (2005). Pengantar Jaringan Saraf Tiruan. Artikel kuliah.
Puspitaningrum,
Diyah. (2006). Pengantar Jaringan Saraf Tiruan. Penerbit
Andi. Jogjakarta
0 komentar:
Posting Komentar